Rabu, 01 Juni 2016

Video Suku Laut

Anak Suku Laut by IndonesiaKu 

Hidup di atas permukaan air bukan jaminan untuk bisa mendapatkan air bersih. Suku Laut adalah contoh paling nyata dari sebuah kawasan yang seluruhnya kesulitan mengakses air bersih. Hamper semua anggota suku Laut mengambil air bersih di Pulau Asir Mas. Padahal berdasarkan hasil penelitian dan lembaga survey kepulauan Riau, suku laut sumber mata air di pulau ini adalah yang paling tidak higienis. Tetapi warga tidak punya pilihan lain karena ini satu-satunya air bersih yang terdapat di Pulau Air mas.


Suku Laut

Orang-orang suku Laut bukanlah nelayan pada umumnya yang saat malam pergi elaut dan saat siang datang, dan pulang kembali ke daratan. Mereka adalah nelayan yang pantang pulang ke daratan. Setiap jengkal hidup, mereka habiskan di laut, sejak fajar datang hingga matahari menghilang diujung timur cakrawala, mulai dari makan hingga minum, mulai dari terbangun hingga terlelap, bahkan untuk melahirkan pun mereka lakukan di atas laut, di dalam sampan yang mereka namakan Kajang.



Tari Sumpah Setia Orang Laut
Parade Tari Nusantara 2015di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)



Tari ini mengisahkan tentang kesetian sang penghuni pesisir ( Orang Laut ) terhadap perintah atau  Titah Sultan Riau Lingga pada abad ke 18 untuk menjaga wilayah perairan laut. Kesetiaan yang kuat pada penghuni ini pun menempatkan lautan sebagai roh dan marwah bagi mereka. Dengan menggunakan kajang sebagai atap pelindung dan pertahanan para penghuni ini pun berkembang dan beranak penak dilautan. Lautan dan Kajang merupakan roh dan tempat hidup mati bagi mereka sampai saat ini. Tarian ini diawali dengan keeratan para penghuni ( Orang Laut ) dalam menjaga wilayah perairan demi menjunjung titah Sultan. Disajikan dalam bentuk gerak tari kreasi melayu yang tidak menghilangkan unsur tardisi lokal dengan menggunakan kajang sebagai property garapan.



"Manongkah", Tradisi Mengambil Kerang Suku Laut
di Indragiri Hilir, Riau


Menongkah Kerang adalah teknik suku Duanu atau Laut dalam menangkap kerang di padang lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah kakinya lagi adalah sebagai pengayuh tongkah. Sebuah Tongkah biasanya terbuat dari belahan kayu besar dalam keadaan utuh. Panjang Tongkah rata-rata 2 meter  sampai dengan 2,5 meter  dengan Lebar  50 Cm samai dengan 80 Cm dan ketebalan 3 Cm sampai dengan 5 Cm. Tongkah umumnya terbuat dari  jenis kayu Pulai dan Jelutung dan lain-lain, kedua ujung Tongkah berbentuk lonjong (lancip) dan melentik keatas, hal ini dimaksudkan agar pergerakannya dapat lancar dan bila kurang melentik seringkali Tongkah menghujam atau menancap ke dalam lumpur, bentuk Tongkah secara umum seperti papan selancar yang sering digunakan oleh olahragawan air (Peselancar). Menongkah itu adalah sebuah aktifitas unik, atau khusus yang dimiliki oleh masyarakat duanu atau laut atas pulaunya. Dalam rangka menangkap atau mencari kerang, khususnya kerang darah atau kerang darat. Dan kekhusussan ini tidak dimiliki oleh komunitas-komunitas lain.  dan ini hanya ada pada masyarakat duanu atau Laut, dimana mereka menongkah dengan sekeping papan di atas hamaparan pantai yang sangat becek dan cukup licin sekali.




0 komentar:

Posting Komentar

 
;